THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 22 April 2009

arsitektur klasik

base on....baca2 sebelum ngajar besok...

Arsitektur adalah produk masyarakat. Gedung-gedung dan pengaturan letaknya mencerminkan karakter masyarakat di suatu tempat. Pada masa kebudayaan Mesir, kita melihat bangunan monumental Pyramid, yang dibangun dari tumpukan bata lumpur dengan kuat tekan rendah. Ahli bangunan Mesir menemukan, bila bata lumpur disusun meruncing, dinding tersebut tudak mudah runtuh. ini berlanjut hingga mereka mulai membangun dengan batu kapur.

Pada budaya Yunani, para ahli menggunakan kayu dan batu dengan sistem struktur "post and lintel". Pada saat pembangunan kuil-kuil besar, marmer digunakan sebagai bahan kolom (post) dan balok (lintel). Akibat balok yang membentang diantara 2 kolom harus menahan momen lentur dengan berat sendiri yang besar, maka bentang dicapai menjadi terbatas. Karena itu, jarak kolom pada arsitektur Yunani umumnya dekat satu sama lain.

Bangsa Romawi belajar teknik membangun dari bangsa Etruscan, yang sudah menggunakan konsep "arch" (busur) yang mengurai gaya vertikal + horizontal pada kedua ujung busur. Untuk pertahanan, dibangun dinding tebal yang mengeilingi kota. Namun kendalanya, dinding ini membatasi perluasan kota. Karena itu Romawi merancang gedung bertingkat.

Di abad 3 SM telah ada bangunan setinggi 3 tingkat, dan pada abad pertama SM berkembang menjadi 5 tingkat atau lebih. hingga akhirnya kaisar Agustus membatasi ketinggian gedung tidak lebih dari 21 meter. Bangsa Romawi menggunakan kayu, batu, tanah liat, batu lumpur, bata bakaran dan mortar yang terbuat dari kapur dan pasir. Kayu merupakan satu-satunya bahan yang mempunyai kuat tarik, dan karenanya bisa menahan moment lentur.

abad 3 SM, Romawi menciptakan penemuan penting: beton. terdiri dari campuran pasir abu vulkanik dan mortar kapur. bahan ini bisa mengeras seperti batu, bahkan dalam air. mereka membuat "waterproff concrete" untuk bangunan aqueduct, seperti Pont-du Gard
Mereka mulai menggunakan berbagai teknik konstruksi baru seperti barrel vault dan dome. Juga mengkombinasikan bentuk lantai dasar segi empat dengan penutup dome lewat solusi Pendentives, yang mampu menopang dome yang besar. Seperti halnya konstruksi busur, dome dibuat dari bata atau batu yang disusun miring kedalam, sehingga setelah susunanya selesai, dapat menahan bebannya sendiri. bahkan suatu lubang dapat dibuat dipuncaknya, sehingga seperti dome di gedung Pantheon yang dibangun kaisar Hadrian tahun 118-125 M. Karya besar ini membuktikan kecanggihan ilmuwan Romaei, dan menjadi model seniman masa mendatang, seperti Bramante dan Michelangelo.
Busur, Domes, dan Vault menyebabkan timbulnya gaya horizontal pada perletakannya, sehingga dinding harus tebal untuk mengatasi gaya tarik akibat moment guling ini. suatu solusi yang ditemukan bangsa Romawi adalah memperkuat dinding dengan pertebalan pada interval tertentu, yang disebut butters dan sering dipakai pada akhir era Romawi. Belakangan, konstruksi dinding dengan butters ini berkembang pesat pada masa Byzantium dan abad pertengahan.


Pada masa byzantium ini, elemen prinsip arsitekturnya adalah dome, drum dan bentuk silang Yunani, atau dome diatas otagon. Karya besar yang menerapkan konsep ini adalah Hagia Sophia, yang selesai dibangun pada tahun 537. Karya ini demikian mempengaruhi lingkungannya sampai-sampai Venezia membangun gereja San Marco meniru Hagia Sophia dengan bentuk silang sempurna dan lima buah dome.

Abad pertengahan sering disebut era hitam Eropa. Kebudayaan dan bangunan kerap rusak akibat perang dan serbuan suku-suku pengembara. Akibatnya tidak ada bangunan monumental yang didirikan, tidak ada perkembangan teknik. Baru pada awal millenium ke 2, eropa tenang, terutama setelah bangsa pengembara bermukim dan mendirikan kerajaan sendiri. 100 tahun setelah era itu, tiba-tiba gaya arsitektur Romanesque menyebar pesat. Ini dimotori terutama oleh berbagai ordo keagamaan dan biara-biara yang banyak tersebar di daerah terpencil. Arsitektur Romanesque berkait erat dengan gaya gereja dan biara pada masa itu.

dari bentuk silang Klasik dengan dome dipusatnya, bagian tengah gereja (nave) ditarik memenjang untuk mengakomodasi lebih banyak orang dengan suatu titik fokal ditengah pertemuan silang tersebut. Teknik Barrel Vault dikembangkan menjadi pointed cross-vault yang lantas berkembang dengan perkuatan rib. Tekhnik ini dapat memperkuat struktur dan mengurangi bebannya.

0 komentar: